Selasa, 06 Agustus 2013


Cargo Quality Control
oleh : Sanny Rinaldi dan Kharisma Agung

2.1 Pengertian Cargo Quality Control
Sebelum masuk ke pokok pembahasan yakni Cargo Control Quality, lebih baiknya kita tahu apa itu pengertian kargo dan kontrol kualitas itu sendiri. Kargo dapat didefinisikan sebagai barang (goods) yang dikirim melalui udara (pesawat terbang), laut (kapal), atau darat (truk kontainer) yang biasanya untuk diperdagangkan, baik antar wilayah/kota di dalam negeri maupun antarnegara (internasional) yang dikenal dengan ekspor-impor.
Cargo menurut para ahli
Menurut Sudjatmiko (1995 : 65) muatan kapal atau cargo adalah segala macam barang dan barang dagangan (goods and merchandice) yang diperintahkan kepada pengangkut untuk diangkut dengan kapal, guna diserahkan kepada orang atau badan hokum dipelabuhan tujuan.
Menurut Arvinas (1999 : 35) muatan adalah seluruh jenis barang yang dapat dinaikkan ke dalam kapal dang diangkut dari satu tempat ke tempat lain dan hamper seluruh jenis barang yang diperlukan oleh manusia dan dapat diangkut dengan kapal apakah berupa barang yang bersifat bahan baku atau merupakan hasil produksi dari suatu proses pengolahan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud muatan atau cargo adalah sejumlah komoditi barang yang dikirim dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sarana angkutan baik udara, darat maupun laut.
Pengertian Kualitas
Jika bicara tentang pengertian kualitas, tentunya akan bnyak versi dari masing-masing pakar dalam bidangnya,, berikut saya mencoba untuk mengumpulkan beberapa penegrtian kualitas dari beberapa sumber atau referensi.
Beberapa pakar kualitas mendefinisikan kualitas dengan beragam interpretasi. Juran (1989:16-17), mendefinisikan kualitas secara sederhana sebagai ‘kesesuaian untuk digunakan’. Definisi ini mencakup keistimewaan produk yang memenuhi kebutuhan konsumen dan bebas dari defisiensi.
Juran (1962) “kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya.”Crosby (1979) “kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputiavailability, delivery, realibility, maintainability, dan cost effectiveness
Feigenbaum (1991) “kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture , dan maintenance,dalam mana produk dan jasa tersebut dalam pemakaianya akan sesuai dengankebutuhan dan harapan pelanggan.
Elliot (1993) “kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbedadan tergantung pada waktu dan tempat atau dikatakan sesuai dengan tujuan.
Sedangkan menurut American Society for quality Control kualitas adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tampak jelas maupun tersembunyi (Render dan Herizer, 1997:92).
(Ariani, 2004: 3 da dua segi umum tentang kualitas yaitu, kualitas rancangan dankualitas kecocokan. Semua barang dan jasa dihasilkan dalam berbagai tingkatkualitas. Variasi dalam tingkat ini memang disengaja,
Sedangkan Deming berpendapat Pengertian Definisi Kualitas adalah ‘mempertemukan kebutuhan dan harapan konsumen secara berkelanjutan atas harga yang telah mereka bayarkan’. Filosofi Deming membangun kualitas sebagai suatu sistem (Bhat dan Cozzolino, 1993:106)
Sedangkan delapan dimensi kualitas menurut Philip Kotler (2000:329-333) adalah sebagai berikut :
(1) Kinerja (performance): karakteristik operasi suatu produk utama,
(2) Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (feature),
(3) Kehandalan (reliability): probabilitas suatu produk tidak berfungsi atau gagal,
(4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications),
(5) Daya Tahan (durability),
(6) Kemampuan melayani (serviceability)
(7) Estetika (estethic): bagaimana suatu produk dipandang dirasakan dan didengarkan, dan
(8) Ketepatan kualitas yang dipersepsikan (perceived quality).


Pengertian Control
Pengertian Controlling di dalam bahasa Indonesia dapat ditafsirkan sebagai
pengawasan atau pengendalian sehingga dalam bahasa Inggris pengertian
pengawasan dan pengendalian tetap dipergunakan dengan Istilah controlling.
Controlling baik yang dalam pengertian pengawasan atau pengendalian oleh sebagian besar masyarakat sering ditafsirkan sebagai usaha dari manajer atau lembaga pengawasan sebagai kegiatan untuk mencari kesalahan. Padahal fungsi pengawasan atau pengendalian tersebut adalah sebagai salah satu keguatan untuk mengadakan perbaikan bila hasil atau jasa yang sudah distandarisasi itu tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Standarisiasi merupakan salah satu tindakan awal dari proses perencanaan dan standar itu harus terandalkan dan dapat dipercayai sebagai dasar untuk mengevaluasi dan membandingkan dalam kegiatan pengawasan.
Standarisasi dari proses perencanaan ditujukan untuk pencapaian
sasaran atau efektifitas organisasi. Sedang kontrol baik dalam pengertian pengawasan atau pengendalian itu lebih difokuskan pada hasil atau produktifitas baik yang berupa barang atau jasa agar hasil usaha suatu organisasi itu sangat efisien. Jadi kontrol dapat disimpulkan lebih memusatkan pada efisiensi dan perencanaan atau planning lebih memusatkan pada efektivitas.
Beberapa pakar memberikan definisi controlling sebagai berikut:
  1. George R. Terry
Pengawasan adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai,
mengadakan evaluasi atasannya, dan mengambil tindakan-tindakan
korektif, bila diperlukan, untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan
rencana.
  1. Newman
    Pengawasan adalah suatu usaha untuk menjamin agar pelaksanaan sesuai
    dengan rencana.
  2. Henry Fayol
Pengawasan terdiri dengan maksud untuk memperbaikinya dan mencegah
terulangnya kembali.
  1. Soejamto
    Segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui sasaran obyek yang
    diperiksa.
  2. Sondang Siagian
Proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi
untuk menjamin agar dimana pekerjaan yang sedang dilaksanakan
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya
  1. Soekarno K
Suatu proses yang menentukan tentang apa yang harus dikerjakan agar apa
yang diselenggarakan sejalan dengan rencana.
Sedangkan pengertian dari kontrol kualitas itu adalah aktifitas pengendalian proses untuk mengukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkan dengan spesifikasi atau persyaratan, dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar. Tujuan dari pengendalian kualitas adalah untuk mengendalikan kualitas produk atau jasa yang dapat memuaskan konsumen. Pengendalian kualitas statistik merupakan suatu alat tangguh yang dapat digunakan untuk mengurangi biaya, menurunkan cacat dan meningkatkan kualitas pada proses manufakturing. Pengendalian kualitas memerlukan pengertian dan perlu dilaksanakan oleh perancang, bagian inspeksi, bagian produksi sampai pendistribusian produk ke konsumen. (Purnomo, 2004)
Pengertian Cargo Quality Inspection
Pengendalian kualitas merupakan teknik yang sangat bermanfaat agar suatu perusahaan dapat mengetahui kualitas produknya sebelum dipasarkan kepada konsumen. Teknik pengendalian kualitas dapat membantu perusahaan dalam mengetahui kelayakan kualitas produk berdasarkan batas-batas kontrol yang telah ditentukan. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut tentang pengendalian kualitas.
Cargo Quality Control adalah suatu pengendalian/pengontrolan terhadap kualitas dari suatu kargo mulai dari sebelum kargo dikirim atau masuk ke dalam kontainer yang kegiatan dari pengontrolan tersebut meliputi pengecekan dokumen, spesifikasi sampai dengan fisik dari goods, dimana proses dan tahapan-tahapan tersebut sesuai dengan aturan dan syarat-syarat yang telah ditentukan agar kualitas dari kargo itu sendiri dapat terjamin dan jika barang berkualitas baik maka konsumen akan merasa puas dan feedback terhadap perusahaan semakin baik.
Dalam Cargo Quality Control terdapat beberapa aspek penting yang harus dijalankan dalam melakukan suatu pengontrolan barang/goods, aspek-aspek tersebut meliputi :
  • Menerima Pemeriksaan Logistik
Dalam menerima pemeriksaan logistik, harus dipastikan bahwa unit kemasan utuh dan kuantitas serta unit dinyatakan pada dokumen yang menyertainya sesuai dengan jumlah aktual barang yang diterima (diturunkan).
  • Pemeriksaan barang
Pemeriksaan fisik barang selama penerimaan mereka berdasarkan data catatan materi disepakati selama komunikasi dengan pelanggan.
  • Penerimaan Independen
Sistem penerimaan hanya berdasarkan catatan fisik (scanning) barang dalam persediaan. Jika jumlah unit yang diterima berbeda dari jumlah yang dinyatakan dalam dokumen yang menyertainya, maka tidak terjadi kesesuaian antara dokumen dengan barang yang diproduksi.
  • Independent pengiriman (label cek, cek beban)
Sistem pengiriman hanya didasarkan pada catatan fisik (scanning) barang dalam persediaan. Jika jumlah unit dirilis berbeda dari nomor yang diperintahkan, maka inspeksi pengiriman tambahan akan dilakukan atau hanya jumlah aktual unit yang tersedia akan dilepaskan.
  • Bahan akhir / pemeriksaan barang
Pemeriksaan fisik barang selama pengiriman berdasarkan catatan kualitas akhir sebelumnya diberikan oleh pelanggan.
  • Keluhan logistik
Secara resmi didokumentasikan apabila ketidaksesuaian terdeteksi selama penerimaan (barang rusak, ketidaksesuaian jumlah yang diterima dan dinyatakan dari palletes atau unit lain) yang digunakan untuk menilai akurasi pengiriman. Deskripsi tepat ketidaksesuaian, termasuk dokumentasi foto.

  • Lacak
Membalikkan ketertelusuran semua gerakan dari unit yang ditangani mulai dari barang dari gudang sampai penerimaan akhir. Tepat penentuan waktu gerakan dan orang yang bertanggung jawab untuk transfer itu.
2.2 Tujuan Cargo Quality Control
Tujuan Pengusaha menjalankan Cargo Quality Control adalah untuk menjamin agar pelanggan merasa puas, investasi bisa kembali, serta perusahaan mendapat keuntungan dengan cara yang fleksibel dan untuk jangka panjang.
Standar kualitas dari suatu produk tidak hanya ditentukan oleh perusahaan yang bersangkutan, namun konsumen juga ikut berperan untuk menentukan kualitas dari produk, sehingga perusahaan harus mengikuti standar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pengendalian kualitas adalah :
a. Untuk mendapatkan kualitas output yang konsisten dengan spesifikasi produk yang diinginkan dan memenuhi syarat – syarat yang ditentukan oleh konsumen sehingga akan meningkatkan kepercayaan dan kepuasan konsumen.
b. Untuk membimbing perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar melalui prosedur kerja yang baik, pengurangan produk cacat, penekanan biaya dan peningkatan order yang menguntungkan.
c. Usaha menyidik dengan cepat apabila terjadi pergeseran proses produksi yang menyebabkan penurunan kualitas, sehingga dapat diambil tindakan pencegahan.
d. Untuk membantu karyawan dalam memperbaiki kesalahan dan meningkatkan kemampuannya sehingga tujuan dan sasaran perusahaan dapat dicapai.
2.3 Kegiatan dalam aktifitas Cargo Quality Control
Cargo Quality control adalah kegiatan inspecting, testing dan grading dengan menggunakan statistik sebagai analisa data yang tepat sebagai jawaban untuk pembanding dan estimasi yang baik dan yang tidak baik dipisah-pisahkan (grading) untuk mencari mana yang dapat diterima (accept) dan mana yang ditolak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan spesifikasi produk atau jasa sesuai dengan kualitas yang diharapkan.
Dalam praktek kerja pada bidang jasa cargo atau pengangkutan, cargo quality control berperan penting untuk menjaga kualitas pelayanan jasa perusahaan terhadap konsumen atau penguna jasa. Cargo quality control merupakan salah satu aspek terpenting dari sebuah perusahaan muatan untuk melakukan perbaikan dan menguji sejauh mana pelayanan yang diberikan kepada pengguna jasa dapat diperhitungkan sebagai acaun untuk mengevaluasi atas jasa yang telah diberikan.



Diatas merupakan salah satu bentuk Cargo quality control yang mengikuti standar ISO 16949:2009 mengenai Quality Management System sebagai acuan untuk dilakukanya sebuah inspeksi terhadap pengendalian kualitas dalam dunia jasa pelayanan. Olehkarna itu ketika kita berbicara mengenai kualitas maka kita akan mengacu kepada ISO atau International Standard Operations. Untuk dunia jasa terkhusus muatan kargo ada beberapa ISO yang harus dimiliki perusahaan sebagai bentuk penerapan kualitas bertarap internasional, diantaranya :
  1. Integrated ISO 9001:2008, ISO 14001:2004, dan OHSAS 18001:2007.
  2. Internal Audit ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:2007
  3. ISO 9001:2008 Quality Management System
  4. ISO 14001:2004 Environmental Management System
  5. OHSAS 18001:2007 Manajemen K3
  6. ISO 28000 meningkatkan sistem keamanan
  7. dll
Pengendalian kualitas atau Quality Control pada cargo yang biasa digunakan untuk mengevaluasi kinerja jasa cargo adalah Perhitungan Pengendalian Kualitas dengan menggunakan statitik Quality Control dan Diagram Pareto.
Statistic Quality Control
Statistical quality control (SQC) adalah sebuah cara yang digunakan untuk menjelaskan sebuah perangkat statistik yang digunakan oleh quality professionals (orang yang bertanggung jawab akan kualitas sebuah produk). Statistical quality control dapat dibagi secara garis besar menjadi 3 bagian yaitu:
  1. Descriptive Statistics (Statistik Deskriptif) yang digunakan untuk menjelaskan mengenai karakteristrik dan hubungan dari sebuah kualitas. Termasuk didalamnya nilai-nilai statistik seperti mean (rata-rata), standar deviasi, range (jarak) dan analisa dari penyebaran data (data distribution)
  2. Statistical process control (SPC) berhubungan dengan inspeksi atau pengecek an pada sample acak yang merupakan output dari sebuah proses dan kemudian menentukan apakah produk dari produksi sesuai dengan karakteristik yang sesuai dengan range yang diberikan. SPC menjawab juga menjawaba apakah sebuah proses terlaksana dengan baik atau tidak.
  3. Acceptance sampling adalah sebuah proses acak dalam melakukan inspeksi atau pengecek an pada beberapa sampel barang dan kemudian menentukan apakah 1 lot /bagian produksi tersebut dalam menghasilkan produk dapat diterima. Acceptance sampling ini digunakan untuk menentukan sebuah batch (kumpulan produk) barang dapa diterima atau ditolak.
Diagram Pareto
Diagram Pareto dikembangkan oleh Vilfredo Frederigo Samoso pada akhir abad ke-19 merupakan pendekatan logic dari tahap awal pada proses perbaikan suatu situasi yang digambarkan dalam bentuk histogram yang dikenal sebagai konsep vital few and the trivial many untuk mendapatkan menyebab utamanya. Diagram Pareto telah digunakan secara luas dalam kegiatan kendali mutu untuk menangani kerangka proyek; proses program; komb inasi pelatihan, proyek dan proses, sehingga sangat membantu dan memberikan kemudahan bagi para pekerja dalam meningkatkan mutu pekerjaan.

Diagram Pareto dibuat berdasarkan data statistik dan prinsip bahwa 20% penyebab bertanggungjawab terhadap 80% masalah yang muncul atau sebaliknya. Kedua aksioma tersebut menegaskan bahwa lebih mudah mengurangi bagian lajur yang terletak di bagian kiri diagram Pareto daripada mencoba untuk menghilangkan secara sistematik lajur yang terletak di sebelah kanan diagram. Hal ini dapat diartikan bahwa diagram Pareto dapat menghasilkan sedikit sebab penting untuk meningkatkan mutu produk atau jasa. Keberhasilan penggunaan diagram Pareto sangat ditentukan oleh partisipasi personel terhadap situasi yang diamati, dampak keuangan yang terlihat pada proses perbaikan situasi dan penetapan tujuan secara tepat. Faktor lain yang perlu dihindari adalah jangan membuat persoalan terlalu kompleks dan juga jangan terlalu mencari penyederhanaan pemecahan.

Prinsip Diagram Pareto
 Prinsip Pareto juga dikenal sebagai aturan 80/20 dengan melakukan 20% dari pekerjaan bisa menghasilkan 80% manfaat dari pekerjaan itu. Aturan 80/20 dapat diterapkan pada hampir semua hal, seperti:
  • 80% dari keluhan pelanggan timbul 20% dari produk atau jasa.
  • 80% dari keterlambatan jadwal timbul 20% dari kemungkinan penyebab penundaan.
  • 20% dari produk atau account untuk layanan, 80% dari keuntungan Anda.
  • 20% dari-tenaga penjualan menghasilkan 80% dari pendapatan perusahaan Anda.
  • 20% dari cacat sistem penyebab 80% masalah nya.
Pengendalian kualitas ini dilakukan ketika proses pembuatan barang hingga selesai dan sampai barang tersebut berada ditangan konsumen sehingga diharapkan ketika produk itu sudah jadi maka produk tersebut sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Keuntungan pengendalian kualitas bagi produk atau jasa antara lain:
  1. Dapat melakukan perbaikan kualitas produk atau jasa.
  2. Sistem secara kontinu dievaluasi dan dimodifikasi untuk memenuhi
  3. kebutuhan pelanggan yang berubah-ubah.
  4. Meningkatkan produktivitas yang merupakan tujuan perusahaan.
  5. Peningkatan produktivitas ini berarti penurunan scrap dan proses ulang.
  6. Menurunkan biaya produksi.
  7. Meningkatkan produktivitas dengan menurunkan leadtime pembuatan part atau subassemblies.
Proses Cargo Quality Control
Kegiatan pengendalian kualitas yang menunjang tercapainya standar kualitas tertentu tersebut melibatkan banyak unsur, unsur-unsur tersebut adalah manusia, mesin, peralatan, spesifikasi dan metode pengujian.
Dengan adanya pengendalian kualitas diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang muncul dapat dikurangi dan proses dapat diarahkan pada tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu fungsi pengendalian kualitas ini harus dilaksanakan sebelum maupun pada saat pekerjaan pembuatan dilakukan. Kegiatan pengendalian kualitas pada dasarnya terdiri dari 4 langkah yaitu:
1. Menetapkan standar, yaitu standar kualitas-biaya, standar kualitas-prestasi kerja, standar kualitas-keamanan dan standar kualitas-keandalan yang diperlukan untuk suatu produk.
2. Menilai kesesuaian, antara produk yang dibuat dengan standar.
3. Mengambil tindakan yang diperlukan, yaitu mencari penyebab timbulnya masalah dan mencari pemecahan masalah.
4. Perencanaan peningkatan, berupa pengembangan usaha-usaha yang kontinyu untuk memperbaiki standar-standar biaya, prestasi, keamanan dan keandalan.
Selain proses-proses di atas, pada proses Cargo Quality Control juga dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu On-Line Quality Control dan Off-line Quality Control sebagai berikut :
  • On-line Quality Control adalah kegiatan pengendalian kualitas yang dilakukan selama proses pabrikasi berlangsung dengan menggunakan Statistical Process Control (SPC). Sifat On-line Quality Control adalah tindakan pengendalian yang reaktif,atau tindakan setelah kegiatan produksi berjalan. Artinya jika produk yang dihasilkan tidak memenuhi spesifikasi yang diharapkan, tindakan perbaikan terhadap proses dilakukan dengan tujuan meminimasi jumlah cacat yang terjadi.
  • Off-Line Quality Control adalah pengendalian kualitas yang dilakukan sebelum proses produksi atau pengendalian kualitas yang bersifat preventif. Dengan tindakan preventif maka kemungkinan adanya cacat produk dan masalah kualitas dapat diatasi sebelum produksi berjalan. Pengurangan pada produk cacat akan mengurangi scrap dan produk gagal, yang akhirnya akan mengurangi pemulangan produk dari konsumen serta dapat mengurangi kerugian. Tujuan dari Off-Line Quality Control adalah untuk mengoptimasi desain produk dan proses dalam rangka mendukung kegiatan On-Line Quality Control.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar